Tulisan ini kubuat taun lalu, waktu masih kuliah semester 7 untuk ikut lomba karya tulis di ijtima waqf-e-nou nasional.... waktu itu ada info...
menarik juga.. apalagi hadiahnya, beda jauh sama taun lalu, hehehe....
buatnya kilat mudah-mudahan ga ada yang salah pake teori matematiknya...
Waqf
Zindegi, Ruh Waqf-e-Nou Hakiki
“Manusia
lahir dan hidup di dunia ini tidak lain untuk mewujudkan tujuan hidupnya.
Taukah kalian, ada orang-orang yang mengorbankan seluruh tujuan hidupnya hanya
untuk Allah? Dia mengorbankan waktunya, mempersembahkan kehidupanya untuk
kemajuan Islam? Dia mewarnai harinya dengan keteguhan hati dan membumbui
kehidupannya dengan amal-amal yang mendekatkan dirinya dengan Allah Taala. Tahukah
kalian apa sebutan untuk orang yang mewaqfkan seluruh hidupnya di jalan Allah
Taala? Allah Taala menjanjikan akan menjauhkannya dari azab yang pedih (QS.
61:11-12). Nah, coba kalian cari jawabannya, minggu depan Bapak ingin
mendengarkan jawaban kalian, coba hubungkan dengan kedudukan dan peran kalian
sebagai seorang waqfeen”. Itulah penutup acara pertemuan rutin waqf kali ini.
Para
waqfeen dan waqifat satu persatu keluar dari mesjid, termasuk Ghalib. Ghalib
mulai memikirkan jawaban pertanyaan dari Pak Ahmad tadi. Ia duduk di teras
mesjid, mulutnya komat kamit sambil mengingat-ngingat pelajaran yang lalu.
Saking asyiknya ia tidak menyadari kalau sejak tadi ia sedang diperhatikan seorang anak
kecil yang memandanginya dengan pandangan ‘aneh’. Ghalib tersenyum kepada anak
tersebut sambil memalingkan muka dan bergegas untuk pulang.
Sesampainya
di rumah, Ghalib bertanya kepada ibunya yang kebetulan sedang memasak.
“Ibu,
apa sebutan untuk orang yang mewaqfkan seluruh kehidupannya untuk kemajuan
agama Islam,” tanya Ghalib penasaran.
“Hmm…
Seperti mubaligh? Kalau seperti itu kalau tidak salah, namanya waqf zindegi,”
jawab ibunya agak ragu.
“Oh
iya, waqf zindegi! kenapa sampai lupa ya.. padahal waktu ijtima waqf pernah dibahas”.
Ghalib langsung
membuka file tentang waqf zindegi dan waqf-e-nou yang terdapat di bulletin waqf
online. Disana ada sebuah atikel yang memuat pengertian waqf-e-nou dan
waqf zindegi. Ghalib membacanya dengan seksama.
“Oh,
skarang aku tahu…” ucapnya memecah kebuntuan yang sejak tadi mengganggunya. Jari-jarinya mulai sibuk mengetik. Ia mulai
menuliskan mengenai waqf zindegi dan waqf-e-nou kemudian menghubungkan antara
keduanya.
Tak
terasa seminggu berlalu, kini saatnya pertemuan rutin waqf-e-nou. Ghalib
bergabung ke kelas C untuk usia 15-17 tahun karena ia masih duduk di kelas X. Setelah
berdoa, kelas dimulai, Pak Ahmad mulai bertanya mengenai pertanyaan yang ia
ajukan seminggu yang lalu, semuanya kompak menjawab waqf zindegi.
“Lalu
apa maksudnya waqf zindegi itu?” Pak Ahmad memulai pertanyaannya.
“Waqf
seumur hidup pak…,” sebagian waqfeen menjawab. Beberapa anak tertunduk karena
tidak tahu pasti jawabannya.
“Iya,
bagus. Ternyata sebagian besar dari kalian sudah mengetahui arti dari waqf
zindegi, yaitu mewaqfkan atau mengorbankan kehidupannya untuk mengkhidmati
agama. Nah, sekarang apakah hubungan waqf-e-nou dengan waqf zindegi ini? Coba
Ghalib, apa pendapat kamu mengenai waqf zindegi dan waqf-e-nou ini?”
Ghalib
maju dan mulai menjelaskan. “Mungkin kalau mendengar waqf zindegi ini, yang
langsung terbayang di benak kita adalah tentang sebuah profesi yang dekat
dengan kehidupan kita, yaitu mubaligh. mubaligh adalah salah satu contoh
penggambaran dari aplikasi waqf zindegi. Menurut saya, waqf-e-nou merupakan
bagian dari dari waqf zindegi, maksudnya setiap waqfeen adalah seorang waqf
zindegi. Tapi disini saya menggambarkan kedudukan waqf-e-nou dalam sebuah
diagram venn pak,” Ghalib menjelaskan sambil mengeluarkan sebuah kertas yang
bersi gambar sebuah diagram venn.



“Himpunan
semestanya adalah Islam, Jemaat Ilahi tempat dimana kita berkhidmat, lingkaran
yang berwarna biru adalah waqf zindegi dan yang berwarna hijau adalah
waqf-e-nou. Waqf-e-nou adalah bagian dari waqf zindegi, jadi seorang waqfeen
adalah seorang waqf zindegi. Karena waqf-e-nou berarti menyerahkan diri kepada
Allah, seumur hidup kita. Bisa dikatakan bahwa waqf zindegi adalah ruh dari
waqf-e-nou”. Jelas Ghalib sambil merapikan kembali kertas yang dibawanya, mengakhiri
penjelasannya.
“Bagus
sekali Ghalib, kamu bisa menjelaskan secara matematis, memang itu yang bapak
maksudkan, waqf zindegi sebagai ruh waqf-e-nou itulah yang akan kita bahas hari
ini. Kalian sudah mengetahui mengenai apa yang disebut ruh dan hakikat ruh,”
Pak Ahmad mulai menguraikan apa yang disampaikan Ghalib.
“Dalam
buku Filsafat Ajaran Islam, Hz. Imam Mahdi as menjelaskan gambaran mengenai
ruh, yang intinya di dalam segala amal perbuatan yang ikhlas, sejak semula
sudah tersembunyi suatu ruh. Semakin berkembang amal-amal tersebut, ruh itu
mulai cemerlang, dan tatkala ilmu-ilmu itu sudah sempurna, maka serta merta ruh
itu memancar dengan penampakannya yang sempurna dan memperlihatkan wujudnya
sendiri dari sisi ke ruhannya. Kemudian Pak Ahmad melanjutkan penjelasannya:
Begitu pula dengan waqf zindegi ini,
zindegi berasal dari bahasa urdu yang berarti ‘kehidupan’. Jadi waqf zindegi
bisa diartikan mewaqfkan seluruh kehidupan di jalan agama. Waqf adalah
mempersembahkan apa yang kita miliki, entah itu waktu, tenaga, harta, bahkan
nyawa sekalipun untuk mengkhidmati agama ini. Tapi bukan berarti kita
meninggalkan kewajiban duniawi. Melainkan segala hal yang dilakukan di dunia
ini, diniatkan dalam rangka pengabdian kepada Sang Pencipta. Hz. Mirza Masroor
Ahmad atba mengungkapkan dalam salah satu khutbahnya bahwa “waqfenou harus
berada di garis depan memastikan agama menjadi hal yang didahulukan”.
Jadi, Jika cahaya-cahaya
pengkhidmatan waqf telah bersinar dalam kehidupan seorang waqfeen seumur
hidupnya, maka cahaya itu akan memancar dan menampakkan wujud waqf yang
sebenarnya. Dengan demikian mereka yang mewakafkan dirinya bisa menjadi pelita
tidak hanya bagi diri sendiri tapi juga orang lain.
“Kalian
tahu siapakah sosok yang menjadi suri tauladan kita, yang menerangi kehidupan
dengan perwujudan waqf zindegi yang paling sempurna?”
“Nabi
Muhammad salallahu alaihi wa salam,” semua waqfeen serempak menjawab.
“Ya,
benar sekali. Dengan meneladani akhlaq dan kehidupan belaiau saw, serta
mempelajari dan mengamalkan Al-Quran, kita dapat terus berjalan kea rah ruh waqf
dan menuju kepada Allah SWT. Untuk yang
terakhir, pesan Bapak untuk kalian, sebagaimana Khalifah ke empat, Hazrat Mirza
Tahir Ahmad, dalam sebuah ceramahnya bersabda
bahwa ‘Carilah penjelmaan kecintaan Allah Taala dan berdiri tegaklah di
atas kebenaran’. Kejayaan Islam di masa depan mulai tergambar jelas. Untuk itu,
tanamkanlah ruh waqf zindegi dalam waqf-e-nou kalian. Tugas kalian untuk
mengembalikan kajayaan Islam itu melalui pengorbanan dan pengkhidmatan di jalan
Allah Taala melalui waqf-e-nou ini”. Tutur Pak Ahmad mengakhiri penjelasannya.
Semua
waqfeen mengangguk mengerti. Hari ini pelajaran telah usai namun perjalanan
sebagai seorang waqfeen baru dimulai dan akan terus berlanjut.
dari karya tulis ini aku dapet juara ke 2... alhamdulillah dapet modem... tapi modem e**a sama skali ga ada sinyalnya di rumah...
tapi yang ga nyangka, tulisan ini jadi yang terfavorit berdasarkan polling peserta.. jazakumullah...