Selasa, 11 Februari 2014

lomba karya tulis



 Tulisan ini kubuat taun lalu, waktu masih kuliah semester 7 untuk ikut lomba karya tulis di ijtima waqf-e-nou nasional.... waktu itu ada info...

menarik juga.. apalagi hadiahnya, beda jauh sama taun lalu, hehehe.... buatnya kilat mudah-mudahan ga ada yang salah pake teori matematiknya...




Waqf Zindegi, Ruh Waqf-e-Nou Hakiki
“Manusia lahir dan hidup di dunia ini tidak lain untuk mewujudkan tujuan hidupnya. Taukah kalian, ada orang-orang yang mengorbankan seluruh tujuan hidupnya hanya untuk Allah? Dia mengorbankan waktunya, mempersembahkan kehidupanya untuk kemajuan Islam? Dia mewarnai harinya dengan keteguhan hati dan membumbui kehidupannya dengan amal-amal yang mendekatkan dirinya dengan Allah Taala. Tahukah kalian apa sebutan untuk orang yang mewaqfkan seluruh hidupnya di jalan Allah Taala? Allah Taala menjanjikan akan menjauhkannya dari azab yang pedih (QS. 61:11-12). Nah, coba kalian cari jawabannya, minggu depan Bapak ingin mendengarkan jawaban kalian, coba hubungkan dengan kedudukan dan peran kalian sebagai seorang waqfeen”. Itulah penutup acara pertemuan rutin waqf kali ini.
Para waqfeen dan waqifat satu persatu keluar dari mesjid, termasuk Ghalib. Ghalib mulai memikirkan jawaban pertanyaan dari Pak Ahmad tadi. Ia duduk di teras mesjid, mulutnya komat kamit sambil mengingat-ngingat pelajaran yang lalu. Saking asyiknya ia tidak menyadari kalau  sejak tadi ia sedang diperhatikan seorang anak kecil yang memandanginya dengan pandangan ‘aneh’. Ghalib tersenyum kepada anak tersebut sambil memalingkan muka dan bergegas untuk pulang.
Sesampainya di rumah, Ghalib bertanya kepada ibunya yang kebetulan sedang memasak.
“Ibu, apa sebutan untuk orang yang mewaqfkan seluruh kehidupannya untuk kemajuan agama Islam,” tanya Ghalib penasaran.
“Hmm… Seperti mubaligh? Kalau seperti itu kalau tidak salah, namanya waqf zindegi,” jawab ibunya agak ragu.
“Oh iya, waqf zindegi! kenapa sampai lupa ya.. padahal waktu ijtima waqf  pernah dibahas”.
Ghalib langsung membuka file tentang waqf zindegi dan waqf-e-nou yang terdapat di bulletin waqf online. Disana ada sebuah atikel yang memuat pengertian waqf-e-nou dan waqf zindegi. Ghalib membacanya dengan seksama.
“Oh, skarang aku tahu…” ucapnya memecah kebuntuan yang sejak tadi mengganggunya.  Jari-jarinya mulai sibuk mengetik. Ia mulai menuliskan mengenai waqf zindegi dan waqf-e-nou kemudian menghubungkan antara keduanya.
Tak terasa seminggu berlalu, kini saatnya pertemuan rutin waqf-e-nou. Ghalib bergabung ke kelas C untuk usia 15-17 tahun karena ia masih duduk di kelas X. Setelah berdoa, kelas dimulai, Pak Ahmad mulai bertanya mengenai pertanyaan yang ia ajukan seminggu yang lalu, semuanya kompak menjawab waqf zindegi.
“Lalu apa maksudnya waqf zindegi itu?” Pak Ahmad memulai pertanyaannya.
“Waqf seumur hidup pak…,” sebagian waqfeen menjawab. Beberapa anak tertunduk karena tidak tahu pasti jawabannya.
“Iya, bagus. Ternyata sebagian besar dari kalian sudah mengetahui arti dari waqf zindegi, yaitu mewaqfkan atau mengorbankan kehidupannya untuk mengkhidmati agama. Nah, sekarang apakah hubungan waqf-e-nou dengan waqf zindegi ini? Coba Ghalib, apa pendapat kamu mengenai waqf zindegi dan waqf-e-nou ini?”
Ghalib maju dan mulai menjelaskan. “Mungkin kalau mendengar waqf zindegi ini, yang langsung terbayang di benak kita adalah tentang sebuah profesi yang dekat dengan kehidupan kita, yaitu mubaligh. mubaligh adalah salah satu contoh penggambaran dari aplikasi waqf zindegi. Menurut saya, waqf-e-nou merupakan bagian dari dari waqf zindegi, maksudnya setiap waqfeen adalah seorang waqf zindegi. Tapi disini saya menggambarkan kedudukan waqf-e-nou dalam sebuah diagram venn pak,” Ghalib menjelaskan sambil mengeluarkan sebuah kertas yang bersi gambar sebuah diagram venn. 


“Himpunan semestanya adalah Islam, Jemaat Ilahi tempat dimana kita berkhidmat, lingkaran yang berwarna biru adalah waqf zindegi dan yang berwarna hijau adalah waqf-e-nou. Waqf-e-nou adalah bagian dari waqf zindegi, jadi seorang waqfeen adalah seorang waqf zindegi. Karena waqf-e-nou berarti menyerahkan diri kepada Allah, seumur hidup kita. Bisa dikatakan bahwa waqf zindegi adalah ruh dari waqf-e-nou”. Jelas Ghalib sambil merapikan kembali kertas yang dibawanya, mengakhiri penjelasannya.
“Bagus sekali Ghalib, kamu bisa menjelaskan secara matematis, memang itu yang bapak maksudkan, waqf zindegi sebagai ruh waqf-e-nou itulah yang akan kita bahas hari ini. Kalian sudah mengetahui mengenai apa yang disebut ruh dan hakikat ruh,” Pak Ahmad mulai menguraikan apa yang disampaikan Ghalib. 
“Dalam buku Filsafat Ajaran Islam, Hz. Imam Mahdi as menjelaskan gambaran mengenai ruh, yang intinya di dalam segala amal perbuatan yang ikhlas, sejak semula sudah tersembunyi suatu ruh. Semakin berkembang amal-amal tersebut, ruh itu mulai cemerlang, dan tatkala ilmu-ilmu itu sudah sempurna, maka serta merta ruh itu memancar dengan penampakannya yang sempurna dan memperlihatkan wujudnya sendiri dari sisi ke ruhannya. Kemudian Pak Ahmad melanjutkan penjelasannya:
Begitu pula dengan waqf zindegi ini, zindegi berasal dari bahasa urdu yang berarti ‘kehidupan’. Jadi waqf zindegi bisa diartikan mewaqfkan seluruh kehidupan di jalan agama. Waqf adalah mempersembahkan apa yang kita miliki, entah itu waktu, tenaga, harta, bahkan nyawa sekalipun untuk mengkhidmati agama ini. Tapi bukan berarti kita meninggalkan kewajiban duniawi. Melainkan segala hal yang dilakukan di dunia ini, diniatkan dalam rangka pengabdian kepada Sang Pencipta. Hz. Mirza Masroor Ahmad atba mengungkapkan dalam salah satu khutbahnya bahwa “waqfenou harus berada di garis depan memastikan agama menjadi hal yang didahulukan”.
Jadi, Jika cahaya-cahaya pengkhidmatan waqf telah bersinar dalam kehidupan seorang waqfeen seumur hidupnya, maka cahaya itu akan memancar dan menampakkan wujud waqf yang sebenarnya. Dengan demikian mereka yang mewakafkan dirinya bisa menjadi pelita tidak hanya bagi diri sendiri tapi juga orang lain.
“Kalian tahu siapakah sosok yang menjadi suri tauladan kita, yang menerangi kehidupan dengan perwujudan waqf zindegi yang paling sempurna?”
“Nabi Muhammad salallahu alaihi wa salam,” semua waqfeen serempak menjawab.
“Ya, benar sekali. Dengan meneladani akhlaq dan kehidupan belaiau saw, serta mempelajari dan mengamalkan Al-Quran, kita dapat terus berjalan kea rah ruh waqf dan menuju kepada Allah SWT.  Untuk yang terakhir, pesan Bapak untuk kalian, sebagaimana Khalifah ke empat, Hazrat Mirza Tahir Ahmad, dalam sebuah ceramahnya bersabda  bahwa ‘Carilah penjelmaan kecintaan Allah Taala dan berdiri tegaklah di atas kebenaran’. Kejayaan Islam di masa depan mulai tergambar jelas. Untuk itu, tanamkanlah ruh waqf zindegi dalam waqf-e-nou kalian. Tugas kalian untuk mengembalikan kajayaan Islam itu melalui pengorbanan dan pengkhidmatan di jalan Allah Taala melalui waqf-e-nou ini”. Tutur Pak Ahmad mengakhiri penjelasannya.
Semua waqfeen mengangguk mengerti. Hari ini pelajaran telah usai namun perjalanan sebagai seorang waqfeen baru dimulai dan akan terus berlanjut.

 
dari karya tulis ini aku dapet juara ke 2... alhamdulillah dapet modem... tapi modem e**a sama skali ga ada sinyalnya di rumah...

tapi yang ga nyangka, tulisan ini jadi yang terfavorit berdasarkan polling peserta.. jazakumullah...  

tashwir

gambar ini aku terima waktu kelas X, arigato... love this picture very much...